Pontianak (incernews.com) 28 Agustus 2024 – Dalam upaya meningkatkan pemberdayaan perempuan dan mendorong kemandirian ekonomi, Dr. Cucu M.Ag, Ketua LKKNU Kalimantan Barat, kembali menunjukkan komitmen kuatnya terhadap pengabdian masyarakat. Melalui program “Dakwah Pemberdayaan Ekonomi Perempuan,” beliau menginisiasi kursus menjahit gratis bagi pemula, mengusung tema “Langkah Praktis, Karya Fantastis!” Program ini diikuti oleh 16 peserta yang terdiri dari pegawai IAIN Pontianak dan masyarakat umum.
Program ini merupakan hasil kolaborasi strategis dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga, Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU), serta Perempuan ICMI Kabupaten Kubu Raya Bidang Ekonomi dan Bisnis. Inisiatif ini menegaskan pentingnya keterampilan menjahit dalam memperkuat kemandirian perempuan di era modern. Menurut Dr. Cucu, menjahit tidak hanya menjadi keterampilan domestik, tetapi juga bisa menjadi sumber penghasilan tambahan yang signifikan, sekaligus memberdayakan ekonomi perempuan melalui produk yang bernilai jual.
Sri Wahyuni, penggagas program khusus menjahit untuk pemula ini, juga menekankan bahwa keterampilan menjahit dapat membuka peluang usaha, meningkatkan kepercayaan diri, dan memperkuat solidaritas komunitas melalui kerja sama. Sebagai Ketua Perempuan ICMI Kabupaten Kubu Raya dan Sekretaris LKKNU Kalimantan Barat, Wahyuni percaya bahwa menjahit adalah langkah penting bagi perempuan untuk berkontribusi lebih dalam keluarga dan masyarakat.
Dr. Cucu, M.Ag yang juga sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak berbagi pengalamannya, mengingat bagaimana ia pertama kali belajar menjahit beberapa bulan sebelum pernikahannya. “Saya belajar menjahit dengan tekad yang kuat, dan dalam waktu tiga minggu, saya sudah bisa menjahit pakaian untuk diri sendiri,” kenangnya. Keterampilan ini terus ia asah selama masa kuliah, bahkan sering membantu teman-temannya menjahit pakaian. “Selain buku, meteran jahit selalu ada di dalam tas saya,” tambah Dr. Cucu dengan senyum mengenang masa-masa tersebut.
Antusiasme peserta kursus tercermin dari testimoni yang diberikan. Yuli, seorang peserta dari Desa Kapur, Kabupaten Kubu Raya, merasa sangat termotivasi untuk terus belajar menjahit. Meskipun awalnya sulit dipraktikkan, ia bertekad untuk terus mencoba hingga mampu membuat pakaian sendiri. Harapannya, pelatihan ini dapat berlanjut hingga ia benar-benar menguasai keterampilan menjahit.
Selanjutnya menurut Nur Hakiki salah seorang peserta dari Desa Sungai Rengas ini penjelasan Ibu Ustadzah sangat mudah dipahami karena langsung disertai dengan contoh praktik, sehingga lebih mengerti dibandingkan hanya dengan teori. Praktik pengukuran pada badan juga membantu dalam memahami teknik yang benar. Tambahan angka yang sudah dipatenkan mempermudah proses tanpa harus menghitung menggunakan rumus, dengan kata kunci: bagian depan ditambah 1 cm dan bagian belakang dikurangi 1 cm. Ia merasa sangat bersemangat untuk kegiatan selanjutnya, berharap kegiatan ini diberkahi, bermanfaat, dan menjadi pahala jariah bagi Ustadzah.
Testimoni tersebut menunjukkan bahwa program ini tidak hanya berhasil mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga memotivasi peserta untuk meraih impian mereka. Pendekatan praktis dan langsung dalam pengajaran membuat peserta lebih mudah memahami dan mempraktikkan keterampilan baru, menjadikannya pengalaman yang bermakna dan bermanfaat.
Kursus menjahit gratis ini adalah bukti nyata bahwa pengabdian masyarakat dapat diwujudkan melalui pembelajaran keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan saat ini. Diharapkan, program ini akan memberikan dampak positif yang berkelanjutan, tidak hanya bagi para peserta, tetapi juga bagi komunitas yang lebih luas.
Melalui sinergi antara FUAD IAIN Pontianak, MUI, LKKNU, dan Perempuan ICMI, inisiatif ini menjadi model pemberdayaan perempuan yang inovatif dan berkelanjutan, memperkuat kemandirian ekonomi perempuan dan membuka jalan bagi peluang usaha baru.
Penulis: Sri Wahyuni
Editor: Bambang