Oleh: Prof. Dr. K.H. Syarif, S.Ag.MA*
Masih dalam kitab Durratun Nâshihîn, keutamaan shalat tarawih malam kedelapan seperti penuturan berikut.
“wa fi al-lailati al-tsâminati a’thâhu Allâhu ta’âlá má a’thá ibrâhîma ‘alaihi al-salám — pada malam kedelapan, Allah memberi anugerah sebagaimana anugerah yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim”.
Dalam sejarah Isra’ mi’raj diceritakan Nabi Ibrahim berada di langit ketujuh. Tingkatan langit itu tidak ke atas, melainkan horizontal. Ibarat tingkatannya seperti struktur daerah: 1. Dusun/RT; 2. RW; 3. Desa/Kelurahan; 4. Kecamatan; 5Kabupaten/Kioya; Provinsi; dan 7. Ibu Kota Negara. Ibu Kota Negara biasa dekat dengan Istana, atau istana negara ada di ibu kota negara. Kedudukan kantor gubernur provinsi ibu kota negara dekat dengan istana negara. Tingkatan tertinggi surga itu tingkatan ke-7. ‘Arsy-Kursy itu ada di area tingkatan itu.
Itulah kelebihan Ibrahim yang tertinggi yang diberikan oleh Allah. Selain itu Ibrahim a.s. diberi gelar kemuliaan sebagai Khalîlu Allâh – kekasih Allah. Ibrahim disebut Bapak Tauhid yang dikenal dengan jihadnya dalam mencari pengenalan akan Tuhannya. Nabi Ibrahim a.s. juga masuk dalam jajaran 5 Nabi-Rasul ulu al-‘azmi.
Derajat ini disandang Nabi Ibrahim karena ujian yang diterima Ibrahim a.s. tidak ringan. Karena melawan Bapaknya sendiri sebagai pemahat patung dan bertentangan dengan raja Nabruj, maka Ibrahim a.s. harus menjalankan ujian dibakar hidup-hidup. Ujian terbesar Nabi Ibrahim a.s., dan ujian ini tak kan ada orang yang bisa melaksanakannya, ialah menyembelih anak kandungnya, sang anak kesayangannya Ismail s.a.
Bisa kita bayangkan tingkat sam’an wa thâ’atannya Nabi Ibrahim a.s., anak semata wayang yang diperoleh saat umurnya telah tua. Saat sang anak sedang indah-indahnya dipandang mata, datang perintah Allah supaya anak itu disembelih. Perintah itu pun dilaksanakan Nabi Ibrahim a.s. plashback ke diri kita, kadang hanya mengeluarkan 25 ribu rupiah dari karunia perolehan harta dunia 1 juta rupiah kita sering tak sanggup melaksanakannya. Proses penyembelihan inilah nantinya, karena ada bisikan setan, melahirkan prosesi jamarât dalam ibadah haji.
Shalat tarawih di malam kedelapan laksana kita mendapat apa yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim s.a. Artinya, kita perolehi derajat di sisi Allah seperti yang diperoleh Nabi Ibrahim a.s. semoga kita yakin dengan janji kebaikan oleh. Juga maknanya adalah jihad kita untuk shalat tarawih dinilai sama dengan derajatnya jihad Nabi Ibrahim a.s.
Penulis adalah Guru Besar Ilmu al-Quran dan Tafsir sekaligus Rektor IAIN Pontianak. Juga sebagai Ketua PWNU kalimantan Barat.